“Kamu tidak pernah memahami apa yang
kurasakan, Rasya.. Dalamnya rasa sakit yang aku rasakan karena perlakuanmu, dan
pedihnya luka di hati ini.
Ribuan kali aku berusaha menepikan
perasaan sayangku, ribuan kali pula aku mencoba menyangkal kalau aku masih
sayang kamu, tetapi kenapa sekarang tiba-tiba kamu datang kembali? Apalagi yg
kamu harapkan dariku?”.
“Aku mencintaimu, aku membutuhkanmu,
itu yang selalu kamu bilang ketika aku mempertanyakan kesungguhanmu padaku.
Tapi aku tak pernah merasakan hal yang sama seperti yang kamu katakan. Sikap
dan ucapanmu selalu bertolak belakang, lantas apalagi yang harus aku percayai
dari kamu?”
“Ucapmu kamu paham apa yang aku
rasakan tapi kamu tidak pernah menjadi aku & kamu tidak akan pernah
sedikitpun mengerti perasaan aku. Makanya kamu selalu melakukan hal yang sama,
menyakiti perasaanku.”
“Masih terngiang jelas di telingaku
ucapanmu dimalam ketika kita beradu argument karena kamu membela perempuan yang
kamu bilang hanya sebatas teman bermain musik. Padahal aku tau kamu punya
hubungan lain dengannya. Saat itu kamu bilang masaku untukmu sudah lewat..kini
adalah masanya di hidupmu..dan ribuan kata lain yang membuatku terluka. Itu
menjadi bagian dari rangkaian luka yang berkepanjangan buatku karena
setelahnya, kamu datang kepadaku lagi dan sekarang kembali menemukan perempuan
lain untuk kamu kencani dan pada akhirnya mencariku lagi.
Lantas apa artinya aku untuk kamu
selama ini? Apakah hanya sebuah barang yang kamu simpan ketika kamu butuhkan
dan kamu buang ketika kamu tak memerlukannya?”
“Aku tahu keyakinan membuat kita sulit
untuk bersatu. Tapi aku selalu percaya ketika Tuhan berkehendak, maka tak ada
yang tak mungkin.
Rasya, aku memberikanmu kesempatan
untuk berubah karena aku percaya ada alasan lain dibalik semua sikap kamu.
Hanya saja kali ini aku merasa lelah, terlalu lama hatiku kamu sakiti, luka
yang kamu buat di masa lalu pun belum sempat mengering, kini kamu balut dengan
luka yang lain.
“Memang kamu pernah berucap kalau aku
adalah hidup kamu, aku adalah sebagian dari diri kamu, dan kata-kata lain yang
dulu selalu membuatku percaya akan cintamu. Tapi itu tak berarti apa-apa..hanya
sebuah kata-kata buatmu.
Hatiku lelah Rasya, semua yang aku
lakukan tak pernah berarti dimatamu, kehadirankupun tak pernah kamu anggap..
Enam tahun aku mendampingimu dalam suka ataupun duka, tapi rasanya semua tak
ada artinya..”
“Aku tak pernah menyerah terhadap
kamu, tapi aku menyerah terhadap diriku.. Aku menyerah pada hati yang tak ingin
lagi tersakiti..
Mungkin Tuhan mengirimmu hanya sebagai
rangkaian mimpi buatku agar aku tersadar bahwa hidup tak selamanya indah..”,
ucap Ayla pada sesosok pria dalam foto di genggamannya.
-Jakarta, 31.01.14-
0 comments:
Post a Comment