“Apa lagi yang kamu mau?” tanya
Anya pada laki-laki di hadapannya.
“Aku…,
aku ingin kamu berada disampingku lagi” jawab laki-laki itu.
Hening.
Kemudian
laki-laki itu berkata, “Aku sadar aku salah. Aku tak bisa hidup tanpa kamu. Aku
membutuhkan kamu untuk melengkapi hidupku”.
“Setelah
semua yang kamu lakukan padaku, dulu?” ujar Anya, terdengar helaan nafas
panjang. Pikirannya melayang memutar rangkaian memory yang pernah terjadi di
hidupnya beberapa tahun silam. Ia dan Duta, pria di hadapannya, pernah menjalin
sekian tahun hubungan istimewa. Mereka adalah pasangan yang saling melengkapi
satu sama lain. Perbedaan adat dan keyakinan tidak menghalangi mereka menjalani
hubungan itu, justru perbedaan itu menjadi pemanis hubungan keduanya.
Anya,
perempuan yang sangat mencintai Duta dan telah memantapkan hatinya pada
kekasihnya itu. Dalam hatinya ia bersedia menghadapi apapun resiko yang akan
mereka hadapi jika Tuhan akhirnya menyatukan mereka dalam pernikahan beda
keyakinan, pun jika akhirnya ia harus mengikuti keyakinan Duta sang kekasih
hati.
Duta,
adalah seorang pria yang sangat mencintai Anya dengan seluruh jiwanya. Baginya,
Anya adalah segalanya. Apapun sanggup ia berikan untuk Anya. Hanya saja
keinginan keluarganya agar ia menikah dengan orang yang satu suku dengannya
membuat keinginan terbesarnya memiliki Anya sebagai pendamping hidup menjadi
gamang. Ia yg tak pernah sanggup meninggalkan Anya, akhirnya melibatkan orang
ketiga dalam hubungannya dengan Anya dengan harapan Anya akan membencinya dan
meninggalkannya. Memang akhirnya ia ditinggalkan, tapi kecintaannya terhadap
Anya membuatnya terpuruk dan merasa sangat bersalah. Dan waktu tidak mampu
menghilangkan perasaaan cintanya. Ia menyadari bahwa Anya selalu menjadi
separuh bagian dari dirinya. Ia hanya bahagia bila Anya berada di sampingnya.
“Aku minta maaf dengan sepenuh
hatiku, aku ingin mendampingi sepanjang hidupmu. Hanya itu alasan satu-satunya
yg kumiliki.” ujar Duta.
Dengan
tatapan penuh kasih Anya berkata, “Duta sayangku, perasaanku terhadapmu memang
tak pernah berubah sedikitpun. Bagaimanapun kamu, aku tetap mencintaimu..”
Kemudian
keduanya terdiam.
“Hanya
saja, aku memilih untuk bahagia. Dengan atau tanpa kamu di dalamnya.” lanjut
Anya kemudian. Dengan perlahan ia mengeluarkan sebuah undangan pertunangan dan
memberikannya pada Duta, laki-laki yang selalu dicintainya sepenuh jiwa.