
Surabaya,
saya telah dibuat jatuh hati padanya. Meski orang menyebutnya kota metropolitan
kedua di Indonesia namun saya tidak merasakan kesemrawutan seperti yang biasa
ditemui setiap hari di Jakarta. Memang pemerataan pembangunan sepertinya digalakkan
di semua daerah tapi tidak meninggalkan nilai sosial dan sejarahnya. Keberadaan
saya di Surabaya tidaklah lama tapi saya sempat menikmati kuliner khas disana
seperti:
a. Rujak Cingur,
Umumnya bentuk penyajian Rujak
Cingur ada dua, yaitu biasa dan matengan. Sajian biasa adalah bumbu dan bahan
dicampur jadi satu, sedangkan bentuk sajian Matengan terdiri dari lontong,
tahu, tempe goreng, ketimun dan sayuran yang telah direbus. Sehingga dalam
bentuk penyajiannya tidak ada bahan mentah seperti buah-buahan. Kali ini saya
mencoba yan biasa, rasanya manis-pedas dengan rasa petis yang pekat. Isiannya
terdiri dari tahu, tempe, toge, bengkoang, timun, nanas, kangkung, da juga
irisan cingur dengan tekstur yang kenyal dipadukan dengan lontong yang padat
nan lembut.
b. Tahu Campur
Tahu campur ini memang sedikit berbeda dengan tahu
campur yang umumnya dijajakan di Jawa Tengah yang dominan menggunakan bumbu
kacang dan gula jawa. Tahu campur disni
terdiri dari dua potong daging sapi yang empuk, perkedel singkong yang
gurih dan lembut, tahu, irisan selada, kerupuk, mie, dengan bumbu campuran kuah
kaldu, gula merah, dan petis yang menjadi bumbu utama daerah Jawa Timur.
Kaldunya terasa sedap dan cukup dominan.
c. Ice Cream


Sayangnya,
waktu yang singkat dan cuaca yang kurang bersahabat (karena ketika saya
berkunjung kesana hujan terus- menerus menyapa), membuat saya tidak bisa
mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di sana dan kota-kota sekitarnya.
Semoga suatu hari saya bisa kembali
ke kota Surabaya dan menikmati pesona lain yang ditawarkannya.